Gerakan
Angkatan Muda Kristen Indonesia atau biasa disingkat GAMKI adalah organisasi
pengkaderan yang mempersiapkan anggotanya dalam berbagai bidang pelayanan
(pendidikan, sosial, politik, kemasyarakatan, dll) di Indonesia.
Lahirnya
Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia melalui perjalanan sejarah yang amat
panjang dan mengikuti perjalanan sejarah bangsa. Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, merupakan mujizat dan anugerah bagi Rakyat Indonesia.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan setelah proklamasi
17 Agustus 1945 masih sangat berat. Tekad Belanda untuk kembali menduduki
wilayah Indonesia mendapat tantangan yang keras dari seluruh lapisan
masyarakat. Dalam masa revolusi itu pemuda-pemudi terpanggil untuk terjun dalam
kancah peperangan. Demikian pula dengan pemuda-pemudi Kristen di Indonesia.
Kesadaran bahwa angkatan muda kristen dan seluruh umat Kristen adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia menggugah angkatan muda Kristen untuk mengorganisir diri menunjukkan keberadaannya
Kesadaran bahwa angkatan muda kristen dan seluruh umat Kristen adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia menggugah angkatan muda Kristen untuk mengorganisir diri menunjukkan keberadaannya
Latar
Belakang Sejarah
Menurut
seorang pendeta Gereja Kristen Jawa yaitu Pdt. S. Brotosuwignyo, menjelang
diadakannya Kongres Pemuda tanggal 9-11 November 1945 di Yogyakarta, sekelompok
pemuda Kristen membentuk organisasi pemuda Kristen untuk mengambil bagian dalam
kongres.
Pembentukan
organisasi itu tidaklah mudah, para pemimpin pemuda Kristen itu di Yogyakarta
mengadakan pertemuan dengan mengundang para pendeta dan pimpinan umat Kristen.
Tetapi banyak tidak hadir dalam pertemuan tersebut karena belum adanya
kesadaran akan kedudukan umat Kristen di Indonesia serta adanya pengertian yang
sengaja dihembus-hembuskan bahwa politik itu dosa, kotor dan sebagainya. Di
pihak lain, kecurigaan masyarakat terhadap umat Kristen dan tuduhan sebagai
antek-antek Belanda.
Pembentukan
PKPI Thn. 1945
Tantangan
ini mendorong pemimpin-pemimpin angkatan muda Kristen mengadakan pertemuan 4
November 1945 di Yogyakarta membentuk organisasi yang diberi nama Pemoeda
Kristen Protestan Indonesia (PKPI). Pimpinannya adalah Sarwoko (Ketua Umum Pengurus
Besar), wartawan dan warga Gereja Kristen Jawa Jakarta, Sutjipto Wirowidjojo,
Sarasto, Pdt. S. Brotosuwignyo, dll.
Tidak
lama setelah terbentuknya PKPI, tokoh-tokoh Kristen membentuk partai politik.
Partai politik yang beraspirasi Kristen itu dibentuk di jalan Kramat Raya 65
Jakarta dengan nama Partai Kristen Nasional. Beberapa nama yang berkumpul pada
waktu itu Dr.St. Gunung Mulia.SH, F. Laoh, Pdt. Probowinoto, Dr. WS Johanes, JK
Pangabean, Sudarsono, Maryoto dan M Abednego. Dalam percakapan yang dipimin
oleh Pdt. Probowinoto (Gereja Kristen Jawa) tanggal 11 November 1945 disetujui
berdirinya Partai Kristen Nasional yang bertujuan dan berusaha dalam bidang
politik, ekonomi, sosial menurut asas-asas Firman Tuhan yang termaktub dalam
Alkitab.
PKPI
Berganti Nama Menjadi PPKI
Beberapa
bulan kemudian, pada kongresnya yang pertama pada 29-31 Januari 1946, PKPI
berganti nama menjadi Persatuan Pemuda Kristen Indonesia (PPKI). Dalam kongres
itu juga dipilih Ketua Umum Pengurus Besar yaitu Pdt. S Brotosuwignyo dan
Sekretaris Umum Pengurus Besar yaitu F. Tambunan. Pada 1947 PPKI ikut membentuk
Front Nasional Indonesia bersama Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Pemuda
Demokrat, Pemuda Katolik dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dengan tujuan
membendung dominasi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo).
Pembentukan
MPKO Thn. 1948
Gerakan
Oikumene di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari simbol-simbol yang jauh
sebelum kemerdekaan Republik Indonesia telah nampak. Walaupun gerakan oikumene
baru mendapatkan bentuknya yang semakin jelas sesudah proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Simbol-simbol yang diwujudkan dalam berbagai peristiwa
oikumenis yang melibatkan angkatan muda Kristen baik secara regional, nasional
maupun internasional jelas merupakan babak awal yang mempunyai kaitan dengan
setiap gerakan. Kelambatan pembentukan Dewan Gereja Indonesia itu ditanggapi
pemuda-pemuda Kristen dengan satu gerak yang lebih cepat dalam melembagakan
gerakan oikumenis di Indonesia. Suatu pertemuan oikumenis pemuda Kristen se
Indonesia yang diadakan tangal 18-28 Desember 1948 telah melahirkan satu
lembaga pemuda Kristen yang benar-benar bersifat oikumenis, dengan nama Majelis
Pemuda Kristen Oikumenis (MPKO), yang dipelopori oleh Pdt. W.J.S. Rumambi.
Dengan
lahirnya MPKO sebagai perwujudan gerakan oikumene di Indonesia, maka
kepeloporan angkatan muda Kristen menjadi lengkap. PPKI bergerak dalam
kemasyarakatan, kebangsaan, kenegaraan dan gereja, sedangkan MPKO berada dalam
lingkup oikumenis.
Walaupun
dalam perjalanannya PPKI dan MPKO selalu mengusahakan pendekatan kepada
masing-masing pihak, namun baru pada bulan November 1955 kedua pimpinan
organisasi tersebut mengadakan pertemuan, yaitu atas inisiatif dr. Johannes
Leimena. Dalam pertemuan itulah kedua pimpinan organisasi mengeluarkan
pernyataan bersama dalam rangka menggalang persatuan dan kesatuan pemuda.
Sebagai
tindak lanjut dari pertemuan tersebut, pimpinan MPKO diwakili Pdt. Lee Sian Hui
dan PPKI diwakili Alexander Wenas pada tanggal 13 Juli 1956 mengikuti Sidang
Lengkap III DGI di Jakarta. Setelah melalui perjalanan yang panjang pergumulan
antara DGI, PPKI dan MPKO maka pada 24 Maret 1961 diadakan konsultasi
organisasi-organisasi Pemuda Kristen di DGI dengan menghasilkan suatu
kesepakatn dan penegasan terhadap kesatuan "keesaan segenap Pemuda Kristen
Indonesia dalam wujud satu organisasi". Penandatangan pernyataan tersebut
antara lain Mr. J.C.T. Simorangkir (PPKI), Soebagyo Pr (PPKI), Sarwoko (PPKI),
Gouw Kiem An (MPKO), I Pangomanan (MPKO), Soetarno, STh. (GMKI), J.E. Tulung
mewakili Komisi Pemuda DGI dll.
Peleburan
PKPI dan MPKO ke dalam GAMKI
Sejak
ditandatanganinya pernyataan bersama itu usaha untuk mewujudkan kesatuan
organisasi Pemuda Kristen pun semakin nyata. Pada bulan April 1962, MPKO
menyelenggarakan Kongresnya yang ke VI di Jakarta mengambil keputusan-keputusan
penting antara lain pembubaran MPKO. Dan sehari setelah Kongres VI MPKO itu
diadakan Musyawarah Pemuda Kristen Seluruh Indonesia yang disponsori oleh
Komisi Pemuda DGI. Musyawarah itu berlangsung dari tanggal 18-23 April 1962 di
Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam musyawarah tersebut nama Gerakan Angkatan Muda
Kristen Indonesia yang telah dicetuskan dalam konsultasi pimpinan organisasi
Pemuda Kristen Indonesia tanggal 24 Maret 1961 disahkan sebagai nama organisasi
kesatuan Pemuda Kristen. Di dalam Anggaran Dasarnya termaktub kalimat bahwa
GAMKI sebagai kelanjutan Persatuan Pemuda Kristen Indonesia (PPKI) yang
didirikan pada tanggal 4 November 1945 di Yogyakarta di tengah-tengah
bergolaknya Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Sebagai
pimpinan organisasi, musyawarah tersebut memilih Dewan Pimpinan Pusat GAMKI
dengan Ketua Umum Mr. JCT Simorangkir dan Sekretaris Jenderal Soebagyo Pr. dan
anggota-anggotanya antara lain Sarwoko, Soetarno, Sumardi MA, A Wenas dan
sekretariat di jalan Salemba Raya 10 Jakarta.
Sebagai
realisasi dari keputusan tersebut maka PPKI mengadakan kongresnya ke VIII di
Surabaya tahun 1962 dengan memutuskan untuk mengintegrasikan diri di dalam
GAMKI.
Terbentuknya
GAMKI sebagai organisasi kesatuan pemuda Kristen Indonesia semakin membulatkan
tekad untuk mewujudkan gerak ganda pemuda Kristen Indonesia secara
bersama-sama. Pemuda Kristen serta gereja-gereja telah mengakui bahwa GAMKI
merupakan satu-satunya organisasi pemuda Kristen yang membawakan suara pemuda
Kristen di tengah-tengah masyarakatnya. Dengan dasar kesepakatan dan keputusan
tersebut menjadi jelas komisi pemuda gereja bergerak secara khusus dalam
lingkungan gerejani dan secara kelembagaan menjadi sumber insani (sumber kader)
bagi GAMKI.
Perjalanan
bersama antara GAMKI dan GMKI itu mendorong keduanya saling mengisi dan di
dalam pertumbuhan organisasi massa Kristen yang lain, kedua organisasi itu
memberikan kader-kadernya sebagai pimpinan, seperti nampak dalam pembentukan
Gerakan Siswa Kristen Indonesia pada tahun 1964.
Kongres
I GAMKI Thn. 1965
Dalam
Kongres tahun 1965 terpilih sebagai Ketua Umum adalah Soebagyo Pr. dan
Sekretaris Jenderalnya Pontas Nasution. Selesai kongres I itu GAMKI dihadapkan
dengan kenyataan terjadinya peristiwa G-30-S/PKI di akhir bulan September. Oleh
karena itu secara bahu membahu GAMKI, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI) dan Gerakan Siswa Kristen Indonesia (GSKI) terus mengikuti perkembangan
masyarakat secara saksama. GAMKI membentuk Brigade Serba Guna (Brigsena)
sebagai satu kesatuan, di Yogyakarta membentuk Komando Siaga Kristen (KSK)
sebagai satuan bela diri. KSK yang didirikan tahun 1966 itu berkembang sebagai
satu perguruan yang memiliki ciri-ciri khas dengan nama aliran Merpati Putih.
Pada masa itu GAMKI kehilangan 5 anggotanya di Solo.
Kongres
II GAMKI Thn. 1969
Kongres
II GAMKI baru berlangsung pada tanggal 27-30 November 1969 di Sukabumi, dan
terpilih sebagai Ketua Umum adalah Pontas Nasution dan Sekretaris Umum adalah
FW Raintung dan dilengkapi dengan lima orang ketua masing-masing Sutjipto, Pdt.
Eka Darmaputera, Subagyo Pr, Nn. Henny Mussu dan Amir L Sirait. Karena adanya
peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 yang dikenal dengan Permen 12, yang
menuntut kesetiaan pegawai negeri untuk menganut loyalitas tunggal, maka banyak
fungsionaris DPP GAMKI menjadi tidak aktif. Selain hal itu kepengurusan ini
tidak dapat berjalan dengan baik karena Pontas Nasution, Pdt. Eka Darmaputera
studi ke luar negeri.
Kondisi
organisasi yang kurang hidup tersebut, akhirnya diadakan reshuffle personalia
dan dikukuhkan Amir L Sirait sebagai Ketua Umum dan Pdt. F.W Raintung sebagai
Sekretaris Umum sampai pada Kongres III.
Kongres
III GAMKI Thn. 19...
Kongres
DPP GAMKI III diadakan di Samirono Yogyakarta, sepertinya ada tradisi setelah
menjadi Sekretaris Umum langsung menggantikan sebagai Ketua Umum. Pada periode
itu Pdt. F.W. Raintung menjabat sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum dijabat
oleh Suryohadi.
Kongres
IV GAMKI Thn. 1984
Pada
tanggal 22-29 April 1984 diadakan Kongres IV di Cibubur dan berhasil mengadakan
penyegaran dan regenerasi secara total dalam kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat.
Batas usia 40 tahun bagi pimpinan organisasi dapat diberlakukan dengan
terpilihnya dr. Sukowaluyo Mintorahardjo sebagai Ketua Umum dan Patmono,
Sk.STh. sebagai Sekretaris Umum (keduanya adalah anggota Gereja Kristen Jawa).
Pada periode tersebut masalah yang dihadapi antara lain tentang proses
pembahasan undang-undang tentang organisasi kemasyarakatan yaitu rencana
ditetapkannya Pancasila sebagai satu-satunya asas. Pokok permasalahan ini
disoroti secara kritis oleh GAMKI, dan memberi pandangan bahwa Pancasila adalah
sebagai dasar dan ideologi negara.
Kongres
V GAMKI Thn. 1987
Kongres
GAMKI ke V terpilih Alex Paath sebagai Ketua Umum, perjalanan yang sangat
memprihatinkan, dan mengakibatkan DPD dan DPC seluruh Indonesia menyatakan
sikap untuk tidak mengakui Ketua Umum. Melalui peran para senior GAMKI, maka
menunjuk Alex Litaay sebagai Pj. Ketua Umum dan Bernard Nainggolan, SH. sebagai
Pj. Sekretaris Umum untuk mempersiapkan kongres GAMKI VI.
Kongres
VI GAMKI Thn. 1993
Pada
Kongres GAMKI VI di Wisma Kinasih-Caringin tanggal 26-29 September 1993,
terpilih kepengurusan DPP GAMKI yang baru dengan Pdt. Dicky Mailoa sebagai
Ketua Umum dan Drs. Ohiao Halawa sebagai Sekretaris Umum. Kepengurusan ini
memulai tugasnya dengan memikul beban masa lampau, terutama masalah terpecahnya
kepengurusan GAMKI pada aras Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) GAMKI di seluruh Indonesia menurut garis kepengurusan yang setia
pada kepemimpinan Alex Paath atau Alex Litaay. Hampir dua-pertiga periode
kepengurusan (1993-1995) habis untuk menangani masalah tersebut.
Kongres
VII GAMKI Thn. 2003
Bahkan
setelah 10 tahun kepengurusan Mailoa-Halawa, dalam Kongres GAMKI VII di
Jakarta, masalah ini tetap muncul dalam wujud hadirnya delegasi ganda yang
mewakili DPD dan DPC GAMKI. Parahnya konsolidasi antara lain disebabkan oleh
kuatnya pengaruh berbagai kepentingan politik praktis dalam tubuh GAMKI,
terutama di berbagai daerah yang secara tradisional dianggap sebagai wilayah
kekuatan GAMKI.
Selanjutnya,
pilihan fokus kegiatan GAMKI yaitu antara meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi
pertumbuhan dan perkembangan GAMKI ke masa depan atau sekedar menjalankan
kegiatan-kegiatan organisasi agar terlihat aktif (aktivisme)menimbulkan
perbedaan sikap antara Ketua Umum dan Sekretaris Umum yang menjalar ke jajaran
kepengurusan DPP GAMKI. Ketidakharmonisan antara Ketua Umum dan Sekretaris Umum
itu menyebabkan roda organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Selain
itu, GAMKI tidak pernah bebas dari rongrongan lemahnya dukungan finansial bagi
beroperasinya organisasi. Seharusnya tahun 1997 sudah diadakan kongres ke VII,
tapi tertunda berturut-turut ke tahun 1998, 1999, dan seterusnya sampai tahun
2003. Penundaan itu terjadi karena beberapa hal, yaitu, adanya hambatan
internal dan kondisi eksternal. Hambatan internal antara lain adalah tajamnya
perbedaan sikap pada aras DPP GAMKI dalam hal menangani perpecahan yang
diwariskan dari Kongres V-Kongres VI GAMKI dan perbedaan dalam menetapkan fokus
organisasi. Sedangkan kondisi eksternal yang kurang kondusif saat itu adalah
retaknya organisasi kepemudaan di mana-mana, krisis hubungan antar umat
beragama, krisis politik sehubungan dengan tuntutan mundur bagi Presiden
Soeharto dan terjerumusnya Indonesia ke dalam krisis ekonomi.
Harus
dicatat bahwa dalam periode kepemimpinan Mailos-Halawa, GAMKI tetap berupaya
menjawab berbagai tantangan internal dan eksternalnya. Krisis hubungan antar
umat beragama yang muncul dalam bentuk pembakaran rumah-rumah ibadah
Protestan/Katolik di berbagai tempat (yang terparah adalah di Provinsi Jawa
Timur dan Jawa Barat) dijawab GAMKI dengan membangun dan terus memperkuat
kerjasama lintas agama dengan sejumlah organisasi kepemudaan Islam, Hindu,
Buddha dan organisasi kepemudaan bercorak nasionalis untuk menolong masyarakat
yang dilanda krisis dimaksud. Kerjasama ini selanjutnya diteruskan sebagai
kelompok kepemudaan yang berjuang mengakhiri kepemimpinan rejim Soeharto dengan
menuntut Soeharto mundur. GAMKI turut terlibat dalam demo-demo
mahasiswa/pemuda, khususnya di jalan-jalan kota Jakarta hingga ke DPR RI,
Senayan, Jakarta. Tidak banyak orang yang tahu bahwa suatu ketika di kompleks
DPR RI Senayan, sementara delegasi GAMKI dan pimpinan sejumlah organisasi
mahasiswa/pemuda menghadap pimpinan DPR RI menyampaikan sikapnya sehubungan
dengan tampilnya B.J. Habibie menggantikan Soeharto yang mundur tiba-tiba,
kelompok demonstran GAMKI di lapangan yang dipimpin Johan Rahantoknam dkk
berhadapan dengan kelompok berbaju putih pendukung Habibie yang secara
demonstratif menurunkan bendera GAMKI dari salah satu tiang bendera di kompleks
DPR RI. Hanya karena prinsip anti kekerasan yang menjadi ideologi demonstrasi
dari kelompok demonstran GAMKI, bentrokan dapat dihindari.
Pada
masa-masa krisis itulah, GAMKI bersama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI), Ikatan Pemuda NU(IPNU), Ikatan Putera Puteri NU (IPPNU),
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), dan organisasi
mahasiswa/pemuda Hindu dan Budha, membangun Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia
(FKPI), yang bertujuan menampilkan sebuah front kerjasama antar organisasi
pemuda/mahasiswa yang berorientasi kebangsaan meskipun berkarakter agamis, di
saat Kelompok Cipayung (terdiri dari GMKI, GMNI, PMKRI, HMI dan PMII)melemah,
di saat kelompok agama mengalami politisasi dan di kala Indonesia sementara
terseret ke dalam konflik politik bernuansa agama.
Kongres
Ke-7 Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia kemudian dilangsungkan di Graha
Wisata Pemuda, Kuningan Jakarta pada tanggal 10 April s/d 13 April 2003, yang
diprakarsai oleh DPP GAMKI, sejumlah DPD GAMKI beserta para Senior.
Pertemuan-pertemuan menjelang dilaksanakannya Kongres akhirnya memutuskan dr.
Sukowaluyo Mintorahardjo, menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Kongres VII GAMKI
di Jakarta.
Hasil
Kongres Ke VII tersebut berakhir dengan terpilihnya Sahat Sinaga, SH. sebagai
Ketua Umum dan Nikson Gans Lalu, SH. sebagai Sekretaris Umum.
Kongres
VIII GAMKI Thn. 2007
Seusai
melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-3 di Jakarta pada bulan Juni
tahun 2007, maka sesuai dengan masa periodesasi yang ditetapkan dalam Kongres
ke-7, maka tepat pada tahun ke-4 masa kepengurusan Sahat-Nixon sebagai Ketua
Umum dan Sekretaris Umum dilaksanakanlah Kongres ke-VIII Gerakan Angkatan Muda
Kristen Indonesia (GAMKI) pada tanggal 1-4 November 2007 di Medan - Sumatera
Utara.
Dalam
Kongres ke-VIII GAMKI tersebut, telah terpilih Sdr. Dating Palembangan, SE.Ak,
MM sebagai Ketua Umum dan Sdr. Ir. Albert Siagian sebagai Sekretaris Umum.
Kongres tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri dari DPP, Senior,
DPD maupun DPC seluruh tanah air beserta undangan lainnya.